Golongan darah pada
manusia bersifat herediter yang ditentukan oleh alela ganda. Golongan darah
seseorang dapat mempunyai arti penting dalam kehidupan. Sistem penggolongan
yang umum dikenal dalam istilah A, B, O, tetapi pada tahun 1990 dan 1901, Dr
Landsteiner menemukan antigen (aglutinogen) yang terdapat di dalam sel darah
merah dan juga menemukan antibodi (aglutinin) yang terdapat di dalam plasma
darah. Atas dasar macam antigen yang ditemukan tersebut (Prawirohartono, 1995).
Golongan darah pada manusia dapat dikelompokkan
berdasarkan beberapa golongan, yaitu golongan darah A, B, O, golongan darah MN
dan rhesus. Penggolongan darah itu berdasarkan atas ada tidaknya antigen
antibodi tertentu di dalam darahnya (Kimball, 1999).
Golongan darah AB dapat menerima donor dari semua
golongan darah, karena itu golongan darah AB disebut resipien universal.
Sedangkan golongan darah O dapat mendonorkan darahnya kepada semua golongan
darah, karena itu golongan darah O disebut donor universal (Kimball, 1999).
Golongan darah
manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam
darahnya. Individu dengan golongan darah A, memiliki sel darah merah dengan
antigen A dipermukaan membrane sel dan menghasilkan antibody terhadap antigen B
dalam serum darahnya. Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada
permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibody terhadap antigen A dalam
serum darahnya. Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah
dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibody terhadap antigen A
atau B. Sedangkan individu dengan golongan darah O (nol) memiliki sel darah
tanpa antigen, tapi memproduksi antibody terhadap antigen A dan B (Syamsuri,
2004).
Untuk mengetahui
golongan darah seseorang dapat dilakukan dengan pengujian yang menggunakan
serum yang mengandung aglutinin. Dimana bila darah seseorang diberi serum
aglutinin a mengalami aglutinasi atau penggumpalan berarti darah orang tersebut
mengandung aglutinogen A. Dimana kemungkinan orang tersebut bergolongan darah A
atau AB. Bila tidak mengalami aglutinasi, berarti tidak menngandung
antigen A, kemungkinan darahnya adalah bergolongan darah B atau O (Kimball,
1999).
Bila darah seseorang
diberi serum aglutinin b mengalami aglutinasi, maka darah orang tersebut
mengandung antigen B, berarti kemungkinan orang tersebut bergolongan darah B
atau AB. Bila tidak mengalami aglutinasi, kemungkinan darahnya
adalah A atau O. Bila diberi serum aglutinin a maupun b tidak mengalami
aglutinasi, kemungkinan darahnya adalah O (Solomon, 1993).
Fungsi penggolongan
darah manusia sangat besar manfaatnya, yaitu untuk :
1. Proses transfusi
darah
2. Membantu
penyelidikan tindak kriminal
Transfusi darah
adalah pemberian darah dari seseorang yang disebut dengan donor. Kepada orang
yang memerlukan yang disebut dengan resipien. Dalam proses transfusi darah
diusahakan agar aglutinogen pada darah donor tidak berjumpa dengan zat antinya
yang terdapat di dalam plasma darah resipien. Pada umumnya transfusi darah
dapat dilakukan dalam keadaan sebagai berikut : kecelakaan dan tubuh luka
parah, tubuh yang terbakar, penyakit kronis, kekurangan darah yang akut, pada
saat tubuh kehilangan banyak darah, misalnya pada waktu operasi
(Prawirohartono, 1995).