Minggu, 07 Juni 2015

Infeksi staphyloccus

tahukah kamu bakteri terdapat dimana-mana ...
bakteri tersebar diseluruh kehidupan kita,
namun bentuk bakteri yang sangat kecil dan tak dapat dilihat dengan mata telanjang sehingga membuat kita tidak menyari dari bahwa bakteri ada di sekitar kita ,,

Staphyloccus aureus adalah salah satu bakteri yang tersebar dimana-mana terutama ditubuh manusia.
bakteri ini merupakan flora normal yang terdapat dalam tubuh kita dan tidak berbahaya namun dalam keadaan tertentu Staphyloccus aureus dapat menyebabkan infeksi 
untuk lebih jelasnya, mari kita simak yuuk ..

    Staphylococcus aureus (S. aureus) adalah bakteri gram positif yang menghasilkan pigmen kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak menghasilkan spora dan tidak motil, bakteri ini umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok, dengan diameter sekitar 0,8-1,0 µm. S. aureus dapat tumbuh dengan optimum pada suhu 37oC dengan waktu pembelahan 0,47 jam. S. aureus merupakan mikroflora normal manusia. Bakteri ini biasanya terdapat pada saluran pernapasan atas dan kulit. Keberadaan S. aureus pada saluran pernapasan atas dan kulit pada individu jarang menyebabkan penyakit, individu sehat biasanya hanya berperan sebagai karier. Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya perubahan hormon; adanya penyakit, luka, atau perlakuan menggunakan steroid atau obat lain yang memengaruhi imunitas sehingga terjadi pelemahan inang.

 Infeksi S.aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi, diantaranya bisul, jerawatpneumonia,meningitis, dan arthrititsSebagian besar penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah, oleh karena itu bakteri ini disebut piogenik. Bakteri S.aureus ini dikenal sebagai penyebab infeksi sejak tahun 1882 oleh Ogston. Staphylococcus aureus hidup sebagai saprofit di dalam saluran-saluran pengeluaran lendir dari tubuh manusia dan hewan-hewan seperti hidung, mulut dan tenggorokan dan dapat dikeluarkan pada waktu batuk atau bersin. Bakteri ini juga sering terdapat pada pori-pori dan permukaan kulit, kelenjar keringat dan saluran usus. Selain dapat menyebabkan intoksikasi, S. aureus juga dapat menyebabkan bermacam-macam infeksi seperti jerawat, bisul, meningitis, osteomielitis, pneumonia dan mastitis pada manusia dan hewan.

   S. aureus dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuannya tersebar luas dalam jaringan dan melalui pembentukan berbagai zat ekstraseluler. Berbagai zat yang berperan sebagai faktor virulensi dapat berupa protein, termasuk enzim dan toksin. Infeksi oleh S. aureus ditandai dengan kerusakan jaringan yang disertai abses bernanah. Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh S. aureus adalah bisul, jerawat, impetigo, dan infeksi luka. Infeksi yang lebih berat diantaranya pneumonia, mastitis, plebitis, meningitis, infeksi saluran kemih, osteomielitis, dan endokarditis. Staphyloccus aureus juga merupakan penyebab utama infeksi nosokomial, keracunan makanan, dan sindroma syok toksik . Bisul atau abses setempat, seperti jerawat dan borok merupakan infeksi kulit di daerah folikel rambut, kelenjar sebasea, atau kelenjar keringat. Mula-mula terjadi nekrosis jaringan setempat, lalu terjadi koagulasi fibrin di sekitar lesi dan pembuluh getah bening, sehingga terbentuk dinding yang membatasi proses nekrosis. Infeksi dapat menyebar ke bagian tubuh lain melalui pembuluh getah bening dan pembuluh darah, sehingga terjadi peradangan pada vena, trombosis, bahkan bakterimia. Bakterimia dapat menyebabkan terjadinya endokarditis, osteomielitis akut hematogen, meningitis atau infeksi paru-paru

            Kontaminasi langsung S. aureus pada luka terbuka (seperti luka pascabedah) atau infeksi setelah trauma (seperti osteomielitis kronis setelah fraktur terbuka) dan meningitis setelah fraktur tengkorak, merupakan penyebab infeksi nosokomial Keracunan makanan dapat disebabkan kontaminasi enterotoksin dari S. aureus

Nah sudah tau banyak kan mengenai bakteri Staphyloccus, ini merupakan pelajaran buat kita agar selalu berhati-hati dan tak lupa untuk selalu menjaga kebersihan tubuh kita agar terhindar dari infeksi bakteri Staphyloccus aureus


Sabtu, 25 April 2015

Tema : Mikroba di Kehidupan Sehari-hari

Artikel Mengenai mikroba pada wanita yang jarang ganti pembalut saat menstruasi.
Mikroba  merupakan makhluk mikroorganisme yang tak dapat dilihat oleh mata telanjang dan hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop. Sering  kita ketahui bahwa bakteri merupakan organisme kecil yang peranannya lebih banyak merugikan. Bakteri ini jika dibiarkan atau terdapat dalam jumlah banyak pada suatu tempat  dapat menyebabkan dan menyebarkan penyakit baik itu penyakit pada manusia, hewan serta tumbuhan tergantung jenis bakterinya.


Tahukah Kamu Pada Pembalut Yang Jarang Diganti Ketika Menstruasi Dapat Menyebabkan Tumbuhnya Bakteri  ?
Ketika fase menstruasi datang pada seorang perempuan, terkadang membuat  tidak nyaman. Kita menjadi sedikit sulit untuk beraktivitas, kadang bagi beberapa perempuan mengalami rasa sakit. Walaupun demikian seorang perempuan tetep harus menjalankan aktivitasnya, terkadang banyaknya aktivitas seseorang ataupun pekerjaan yang harus ia lakukan sehingga terkadang mereka lupa bahwa mereka sedang menstruasi sehingga mereka lupa mengganti pembalut yang sudah berjam-jam mereka kenakan. Hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan organ intim perempuan, pemakaian pembaut yang terlalu lama diganti menyebabkan timbulnya bakteri-bakteri, jamur dan mikroorganisme lainnya. Hal ini sangat berpengaruh dan dapat menyebabkan dampak negative bagi seorang wanita. Oleh karena itu perlu adanya perilaku hiegene pada organ intim perempuan.
Perilaku higiene menstruasi ini penting dilakukan karena jika tidak diterapkan dengan baik akan berdampak negatif terhadap kesehatan reproduksi wanita. Kira kira 1% dari jumlah wanita yang mengalami menstruasi ditemukan bakteri Staphylococcus aureus dalam vaginanya . Didukung dengan iklim di Indonesia yang termasuk daerah tropis dengan udara yang panas dan cukup lembab sehingga tubuh lebih mudah untuk berkeringat dan menimbulkan bau yang tidak sedap, terutama pada bagian tubuh yang tertutup dan lipatan-lipatan yang menyebabkan bakteri mudah untuk berkembang biak. Jika hal ini tetap dibiarkan akan mengakibatkan dampak yang buruk bagi masa depan wanita, seperti keputihan, infertilitas (kemandulan), kanker leher rahim, kehamilan ektopik (hamil di luar kandungan) dan kelainan pada bayi.


Hal seperti ini banyak terjadi pada remaja terutama remaja yang baru tumbuh dan sudah mengalami menstruasi .
Masa remaja merupakan tahap peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Remaja adalah kelompok usia potensial yang mempunyai peranan besar dalam meningkatkan produktivitas nasional, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi masa depan. Di sisi lain, perkembangan pesat remaja dapat dilihat dari segi fisik, seksual, intelektual, dan emosional yang menjadikan masa remaja sebagai masa yang penuh stress dalam menghadapi risiko-risiko kesehatan reproduksi.
Berdasarkan Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2007, jumlah remaja di Indonesia yang berumur 10-19 tahun di Indonesia mencapai 30% dari jumlah penduduk, yakni sekitar 1,2 juta jiwa. Hal ini tentunya dapat menjadi aset bangsa jika remaja dapat menunjukkan potensi diri yang positif, namun sebaliknya akan menjadi petaka jika remaja tersebut menunjukkan perilaku yang negatif. Penelitian yang dilakukan Siti cit BKKBN (2004) di salah satu sekolah di Jawa barat menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan remaja mengenai menstruasi masih tergolong rendah, hanya 14% siswa yang tingkat pengetahuannya baik dalam hal perawatan reproduksi ketika menstruasi.
Dari hasil penelitian didapatkan data bahwa masih banyak yang belum tahu tentang cara penggunaan pembalut yang baik. Banyak remaja yang tidak mengganti pembalut setelah dipakai lebih dari enam jam. Padahal penggunaan pembalut lebih dari dua jam didapatkan 107 bakteri/mm2. Penggunaan pembalut yang terlalu lama dapat menimbulkan lecet, gatal, rasa terbakar, keputihan tidak normal, serta kemungkinan akan timbul infeksi mikroorgnisme pada organ reproduksi.
Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi penting untuk disebarluaskan
dan dipahami oleh remaja putri. Dengan pengetahuan yang baik, maka akan menunjukkan perilaku kesehatan yang baik pula. Ketidaktahuan mengenai masalah menstruasi mengakibatkan perilaku yang tidak aman bagi kesehatan, seperti penyakit infeksi pada organ reproduksi .
Seorang remaja yang telah dibekali pengetahuan oleh orangtua atau orang terdekat akan lebih memperhatikan dan meningkatkan upaya higiene saat menstruasi. .
Pada saat menstruasi saluran reproduksi rentan
terkena infeksi, terutama pada pembuluh darah dalam rahim. Oleh karena itu, kebersihan vagina harus lebih dijaga karena kuman akan mudah sekali masuk dan menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi. Pada dasarnya untuk membersihkan vagina cukup dengan menggunakan air bersih, tidak menggunakan pembilas vagina, senantiasa menjaga agar vagina tidak lembab dan basah serta mengganti pembalut sesering mungkin, terutama setelah buang air kecil


Berdasarkan pemaparan diatas dapat kita ketahui perlunya menjaga kebersihan untuk organ intim perempuan terutama pada saat menstruasi. Berdasarkan hasil peneliatian diatas anak remaja yang baru tumbuh dan sudah mengalami mensruasi kebanyakan mereka tidak mengetahui tentang pentingnya menjaga kebersihan disaat menstruasi. Disini perlu adanya pengontrolan dan pengawasan orang tua terhadap meraka yang mempunyai anak perempuan. Orang tua harus selalu membimbing dan memberikan pemahaman kepada mereka ketika mereka mengalami menstruasi, hal-hal yang perlu diperhatikan ketika menstruasi yaitu kebersihan organ intim yaitu perlunya seorang perempuan untuk sering mengganti pembalut disaat menstruasi.

Namun wanita dewasa juga kebanyakan jarang mengganti pembalut ketika menstruasi 
Tak jarang perempuan dewasa juga jarang memperhatikan kebersihan organ intim mereka. Mereka memiliki banyak kegiatan dan banyak aktivitas ketika menstruasi tak jarang mereka melupakan kebersihan tubuh merekadan kadang mereka  terutama mengganti pembalut yang mereka gunakan. Ha ini sangat berbahaya karena pemakaian pembalut yang terlalu lama dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri bahkan semakin lama semakin banyak bakteri yang berada di pembalut tersebut dan akan berdampak negative.

Dampak negative akibat jarang mengganti pembalut ketika menstuasi
Berdasarkan data WHO, angka prevalensi Tahun 2006, 25%-50% candidiasis, 20%-40% bacterial vaginosis dan 5%-15% trichomoniasis. Selain itu diksebutkan pula bahwa sebanyak 75% wanita di seluruh dunia pernah mengalami keputihan dalam hidupnya. Indonesia merupakan negara urutan pertama dengan kasus penderita kanker leher rahim (WHO, 2007).
Penyakit infeksi Saluran Reproduksi adalah penyakit yang muncul karena kurang menjaga higiene terutama saat menstruasi . Infeksi yang terjadi disebut infeksi endogen, yaitu infeksi dari dalam alat reproduksi yang disebabkan pertumbuhan kuman yang berlebihan yang ada di dalam alat reproduksi yang disebabkan oleh bakteri dan kandida (jamur), seperti keputihan. Infeksi genitalia yang tidak diobati dengan sempurna merupakan faktor resiko terjadinya insiden kanker leher rahim untuk jangka panjang .

Apa yang terjadi ketika seorang perempuan jarang mengganti pembalut ketika menstruasi
Kalau bicara standar, sebaiknya tiap 2-4 jam ganti pembalut. Meski darahnya sedikit, kan juga ada keringat karena saat menstruasi juga tetap beraktivitas," kata dr Ryan di sela-sela konferensi pers Shine with Charm di STIE Perbanas, Kuningan. Cairan yang tertampung di pembalut, baik berupa darah maupun keringat akan menciptakan kelembaban yang sangat disukai oleh kuman. Selain bisa memicu iritasi, kelembaban di daerah kewanitaan juga bisa memicu infeksi terutama jamur candida penyebab keputihan.
Jamur maupun bakteri memang tidak serta merta datang dalam hitungan jam selama pembalut tidak diganti. Kuman-kuman itu biasanya sudah ada di daerah kewanitaan, namun berada dalam masa inkubasi dan baru aktif ketika ada pemicunya antara lain lingkungan yang lembab.
Frekuensi ganti pembalut sebanyak 2-4 jam sekali tidak bersifat mutlak, tetapi bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Makin aktif beraktivitas dan makin ketat pakaian dalam yang dikenakan, frekuensinya bisa makin ditingkatkan karena kelembabannya tentu akan lebih tinggi.

Salah satu bakteri yang terdapat divagina Staphylococcus aureus
 Staphylococcus aureus (S. aureus) merupakan bakteri coccus gram positif, susunannya bergerombol dan tidak teratur seperti anggur. S. aureus tumbuh pada media cair dan padat seperti NA (Nutrien Agar) dan BAP (Blood Agar Plate) dan dengan aktif melakukan metabolisme, mampu fermentasi karbohidrat dan menghasilkan bermacam-macam pigmen dari putih hingga kuning .
S. aureus dapat ditemukan pada permukaan kulit sebagai flora normal, terutama disekitar hidung, mulut, alat kelamin, dan sekitar anus. Dapat menyebabkan infeksi pada luka biasanya berupa abses merupakan kumpulan nanah atau cairan dalam jaringan yang disebabkan oleh infeksi. Jenis-jenis abses yang spesifik diantaranya bengkak (boil), radang akar rambut (folliculitis). Infeksi oleh S. aureus bisa menyebabkan sindroma kulit. Infeksi S. aureus dapat menular selama ada nanah yang keluar dari lesi atau hidung. Selain itu jari jemari juga dapat membawa Infeksi S. aureus dari satu bagian tubuh yang luka atau robek .
Luka adalah kerusakan pada struktur anatomi kulit yang menyebabkan terjadinya gangguan kulit. Contoh yang paling mudah jika jari tangan kita tersayat oleh pisau, maka luka yang timbul akan menyebabkan terjadinya kerusakan pada kulit sehingga kulit tidak lagi dapat melindungi struktur yang ada dibawahnya. Infeksi pada luka dapat terjadi jika luka terkontaminasi oleh debu atau bakteri, ini disebabkan karena luka tidak dirawat dengan baik. Salah satu bakteri yang menyebabkan infeksi pada kulit luka yaitu bakteri S. aureus
 Infeksi yang disebabkan oleh S. aureus dapat terjadi secara langsung maupun tak langsung. Bakteri ini menghasilkan nanah oleh sebab itu bakteri disebut bakteri piogenik .
Untuk mengurangi resiko infeksi oleh kuman S. aureus adalah dengan mengembalikan fungsi dari bagian tubuh yang terluka, mengurangi risiko terjadinya infeksi dan meminimalkan terbentuknya bekas luka dengan cara melakukan beberapa tindakan dasar seperti mencuci tangan, membersihkan luka, membersihkan kulit disekitar luka, menutup luka, mengganti perban sesering mungkin dan pemakaian gel yang mengandung antibiotik. Akan tetapi penggunaan antibiotik sekarang sering menyebabkan terjadinya resistensi bakteri terhadap zat antibiotik,

 Bakteri Staphylococcus aureus


 









Senin, 05 Januari 2015

SINOPSIS SISTEM IMUN

SINOPSIS

Buku ini berisi materi mengenai sistem imun. Materi yang disajikan sangat lengkap dan jelas serta dilengkapi dengan gambar-gambar yang dapat mempermudah pembaca untuk memahami materi mengenai SISTEM IMUN. Sistem imun adalah sistem pertahanan yang ada pada tubuh manusia yang berfungsi untuk menjaga manusia dari benda benda yang asing bagi tubuh manusia. Pada sistem imun ada istilah yang disebut Imunitas. Imunitas sendiri adalah ketahanan tubuh kita atau resistensi tubuh kita terhadap suatu penyakit. Jadi sistem imun pada tubuh kita mempunyai imunitas terhadap berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan tubuh kita. Buku ini disusun sedemikian rupa agar pembaca dapat dengan mudah memahami materi dan menyenangkan. Buku ini juga dilengkapi dengan video tentang penjelasan materi SISTEM IMUN serta terdapat soal-soal untuk mengasah kemampuan pembaca setelah membaca buku tentang SISTEM IMUN ini. Buku ini merupakan acuan atau sumber belajar untuk anak SMA/MA dan sederajat. Semoga dengan adanya buku ini dapat membantu dan mempermudah pembaca dalam memahami materi mengenai SISTEM IMUN.

Senin, 08 Desember 2014

Golongan Darah

Golongan Darah

Golongan darah pada manusia bersifat herediter yang ditentukan oleh alela ganda. Golongan darah seseorang dapat mempunyai arti penting dalam kehidupan. Sistem penggolongan yang umum dikenal dalam istilah A, B, O, tetapi pada tahun 1990 dan 1901, Dr Landsteiner menemukan antigen (aglutinogen) yang terdapat di dalam sel darah merah dan juga menemukan antibodi (aglutinin) yang terdapat di dalam plasma darah. Atas dasar macam antigen yang ditemukan tersebut (Prawirohartono, 1995).
Golongan darah pada manusia dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa golongan, yaitu golongan darah A, B, O, golongan darah MN dan rhesus. Penggolongan darah itu berdasarkan atas ada tidaknya antigen antibodi tertentu di dalam darahnya (Kimball, 1999).
Golongan darah AB dapat menerima donor dari semua golongan darah, karena itu golongan darah AB disebut resipien universal. Sedangkan golongan darah O dapat mendonorkan darahnya kepada semua golongan darah, karena itu golongan darah O disebut donor universal (Kimball, 1999).
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya. Individu dengan golongan darah A, memiliki sel darah merah dengan antigen A dipermukaan membrane sel dan menghasilkan antibody terhadap antigen B dalam serum darahnya. Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibody terhadap antigen A dalam serum darahnya. Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibody terhadap antigen A atau B. Sedangkan individu dengan golongan darah O (nol) memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibody terhadap antigen A dan B (Syamsuri, 2004).
Untuk mengetahui golongan darah seseorang dapat dilakukan dengan pengujian yang menggunakan serum yang mengandung aglutinin. Dimana bila darah seseorang diberi serum aglutinin a mengalami aglutinasi atau penggumpalan berarti darah orang tersebut mengandung aglutinogen A. Dimana kemungkinan orang tersebut bergolongan darah A atau  AB. Bila tidak mengalami aglutinasi, berarti tidak menngandung antigen A, kemungkinan darahnya adalah bergolongan darah B atau O (Kimball, 1999).
Bila darah seseorang diberi serum aglutinin b mengalami aglutinasi, maka darah orang tersebut mengandung antigen B, berarti kemungkinan orang tersebut bergolongan darah B atau  AB. Bila tidak mengalami aglutinasi, kemungkinan darahnya adalah A atau O. Bila diberi serum aglutinin a maupun b tidak mengalami aglutinasi, kemungkinan darahnya adalah O (Solomon, 1993).
Fungsi penggolongan darah manusia sangat besar manfaatnya, yaitu untuk :
1. Proses transfusi darah
2. Membantu penyelidikan tindak kriminal

Transfusi darah adalah pemberian darah dari seseorang yang disebut dengan donor. Kepada orang yang memerlukan yang disebut dengan resipien. Dalam proses transfusi darah diusahakan agar aglutinogen pada darah donor tidak berjumpa dengan zat antinya yang terdapat di dalam plasma darah resipien. Pada umumnya transfusi darah dapat dilakukan dalam keadaan sebagai berikut : kecelakaan dan tubuh luka parah, tubuh yang terbakar, penyakit kronis, kekurangan darah yang akut, pada saat tubuh kehilangan banyak darah, misalnya pada waktu operasi (Prawirohartono, 1995).

keluarga Biologi 3A 2013